DENPASAR – fajarbali.com | I Wayan Budha Yasa telah merampungkan proses studi sarjananya. Ia mengambil Prodi Ilmu Hukum, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Kini, Budha Yasa tinggal menunggu momentum wisuda. Remaja 21 tahun ini makin semangat menggapai cita-citanya menjadi seorang hakim.
Menjadi hakim, bukanlah keinginan yang muncul ‘kemarin sore’ bagi anak pertama dari pasangan Ketut Wirasa dan Luh Piadi ini. Keinginannya menjadi pengadil tersebut telah terbesit sejak ia duduk di bangku SMA Negeri 3 Singaraja.
“Bagi saya hakim itu sangat mulia. Bisa disebut sebagai ‘Tuhan yang terlihat’ karena menentukan hidup seseorang atau kelompok lewat vonisnya,” kata Budha Yasa dikonfirmasi dari Denpasar, Kamis (17/2).
Diam-diam, Budha Yasa yang memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) saat SMA ini telah mengamati perkembangan dunia peradilan di Tanah Air.
Jiwanya bergejolak melihat fenomena yang terjadi sehingga keinginannya menjadi hakim semakin kuat. Tahun 2018, setelah tamat SMA, ia langsung mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Undiksha dengan pilihan Prodi Ilmu Hukum.
Dia menyadari, untuk sampai pada cita-citanya itu tidaklah mudah. Jalan terjal mesti dilalui. Persiapan awal yang dilakukannya memantau informasi pembukaan CPNS bidang analis perkara.
Sebab, syarat awal menjadi hakim haruslah seorang PNS di bidang tersebut. Ia tak punya modal relasi dengan penguasa. Yang ia andalkan adalah ilmu, baik teori mau pun praktik yang ditimba saat kuliah.
Jangan menaruh telur dalam satu keranjang. Prinsip itu dipegang kuat olehnya. Seandainya pun ia gagal meraih cita-cita sebagai hakim, ia siap nyeberang ke dunia akademis sebagai dosen ilmu hukum.
“Kalau dari pengetahuan saya sangat optimis karena selama kuliah saya diajarkan hal-hal yang luar biasa terutama praktik langsung berupa peradilan semu, kunjungan ke Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi serta Mahmakah Konstitusi. Itu juga menjadi pengalaman pertama saya naik pesawat awal 2020 lalu,” jelasnya.
Berbekal pengalaman itu, remaja asal Banjar Dinas Segara, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng ini merasa optimis akan sukses meniti karir di dunia per-hukuman. Budha Yasa mengambil Konsentrasi Hukum Pidana.
Di tahap akhir, dirinya menyelesaikan skripsi berjudul “Tinjauan Viktimologi terhadap Penyalahgunaan Narkotika oleh Anak di Kabupaten Buleleng”.
Dikonfirmasi pada kesempatan yang sama, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Undiksha Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LLM., mengakui, Budha Yasa adalah salah satu mahasiswanya yang aktif di bidang organisasi serta di bidang pengabdian kepada masyarakat. Bahkan, Budha Yasa sering dilibatkan oleh dosen untuk ikut kerja bareng melakukan pengabdian.
Soal cita-citanya menjadi hakim, Dewa Mangku menilai tak berlebihan mengingat sudah banyak alumninya yang berhasil menjadi jaksa, hakim, pengacara dan polisi.
“Selain profesi penegak hukum, masih banyak profesi lain yang menjanjikan bagi lulusan kami. Sarjana hukum selalu dibutuhkan di setiap instansi. Jadi peluang kerjanya tak terbatas,” pungkas Dewa mangku.
Koordinator Prodi Ilmu Hukum, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Undiksha, Ni Putu Rai Yuliartini, SH., MH., menambahkan, prodi yang dipimpinnya itu terdiri dari empat konsentrasi pilihan minat, yaitu hukum internasional, hukum pidana, hukum bisnis perdata serta hukum tata negara.
Mahasiswa yang kuliah di Ilmu Hukum Undiksha diharapkan dapat menguasai dengan baik hukum dan sistem hukum di Indonesia, mempunyai keterampilan dan pengetahuan ilmiah untuk mengembangkan hukum dan peka terhadap permasalahan keadilan dan masyarakat.
Sumber : https://fajarbali.com/banyak-penegak-hukum-yang-dilahirkan-ilmu-hukum-undiksha-kini-seorang-lulusannya-bertekad-jadi-hakim/