SINGARAJA – fajarbali.com | Dokter gigi adalah profesi idaman Ni Made Darmakanti sejak kecil. Karenanya, pemilik sapaan karib Rika, ini fokus meningkatkan kualitas akademik di sekolah.
Puncaknya Rika memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMAN 1 Singaraja sebagai pintu gerbang masuk seleksi fakultas kedokteran.
Seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun 2018 dimulai. Alur kehidupan Rika mulai berbelok. Sadar akan kemampuan orangtuanya yang hanya pensiunan Polri, Rika mengubur dalam-dalam impiannya sebagai dokter gigi.
Putri pasangan I Wayan Rentiasa dengan Ni Made Kartini ini tidak patah arang, apalagi menganggap dunia telah berakhir. Ia memutuskan masuk Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan, ia diterima.
Berstatus mahasiswi Bidikmisi, Rika dituntut menyelesaikan studi tepat waktu. Keseriusan belajar, suasana kekeluargaan, fasilitas lengkap serta kemampuan dosen-dosen hukum di Undiksha membuat Rika nyaman. “Astungkara (syukur) saya lulus dan diwisuda Agustus 2022 lalu,” kata Rika dikonfirmasi dari Denpasar, Senin (5/9).
Bermodal segala kompetensi ilmu hukum, baik teori dan praktik selama di kampus, Rika optimis kelak menjadi seorang advokat atau pengacara perempuan andal. Rika bertekad memperjuangkan keadilan khususnya bagi perempuan dan anak korban kekerasan seksual.
Berdasarkan hasil riset skripsinya, Rika mengungkapkan, kasus kekerasan seksual cukup tinggi di Buleleng. Namun sayangnya tidak semua terselesaikan di meja hijau karena dipengaruhi faktor eksternal dan internal.
“Faktor eksternalnya, kurangnya fasilitas dan sosialisasi. Sedangkan internalnya, dari pihak korban sendiri enggan melapor karena stigma menjadi korban kekerasan seksual itu negatif. Dianggap aib. Haram untuk diungkap,” beber perempuan kelahiran Singaraja, 17 Januari 2000 itu.
Saat ini, setelah menggenggam gelar sarjana hukum, Rika mempersiapkan diri mengikuti tes calon advokat serta mengintip informasi pembukaan seleksi calon pegawai negeri sipil, khususnya di Kejaksaan, Kehakiman serta instansi lain yang berhubungan dengan ilmu hukum.
Rika juga tidak menutup diri terhadap peluang menjadi tenaga pendidik bidang hukum. “Saat ini saya menimba ilmu sebagai asisten dosen di almamater saya. Menjadi pendidik (dosen) juga menarik bagi saya,” kata peraih Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,75 tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Koordinator Program Studi Ilmu Hukum FHIS Undiksha Ni Putu Rai Yuliartini, S.H., M.H., menjelaskan, penelitian skripsi mengenai kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan Rika merupakan penelitian payung yang dilaksanakan bersama dosen.
“Penelitian tersebut dilakukan bersama Rika karena dia punya kemampuan akademik yang baik serta orangnya komunikatif,” ungkap Rai Yuliartini yang sekaligus dosen pembimbing Rika.
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H.,LL.M, menambahkan, sudah banyak alumninya yang berprofesi sebagai advokat seperti cita-cita Rika.
“Saya berharap agar para alumni ilmu hukum undiksha bisa memberikan kontribusi dalam dunia hukum,” kata Dewa Mangku berharap.
Sumber : https://fajarbali.com/kisah-rika-alumni-fhis-undiksha-gagal-jadi-dokter-pilih-advokat/