Pada kegiatan Kebhinekaan ke-2 PMM 3 Wakil Dekan 1 FHIS yang sekaligus dosen pendamping Modul Nusantara Prof. Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H., LL.M mengajak seluruh mahasiswa PMM 3 berkunjung ke Puri Buleleng untuk mengenalkan sejarah Kabupaten Buleleng secara keseluruhan.
Puri Buleleng atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan Puri Kanginan ini menyimpan cerita sejarah yang kental yang bisa kamu datangi untuk menambah wawasan. Sebelum mengulas apa saja yang bisa kamu temukan disana ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan puri dan apakah puri itu sama dengan pura? Puri jelas berbeda dengan pura yang dimana merupakan tempat sembahyang bagi umat Hindu. Puri pada dasar nyamen jadi tempatt inggal bagi para bangsawan seperti raja dan anggota keluarganya pada masa lampau namun hingga kini sebuah puri juga ditempati oleh para anggota keluarga keturunan kerajaan termasuk pada Puri Buleleng ini yang dimana menjadi salah satu bukti peninggalan Kerajaan Buleleng.
Pada bagian pintu utama di madya mandala kamu akan melihat sebuah gerbang berwarna hijau dan tembok tinggi berwarna putih yang merupakan salah satu pemedal kebanggaan dari puri ini yang bernama “Ancak Aji Sagung” disertai dengan 2 buah foto yang menempel di temboknya serta pepohonan yang rindang tumbuh mengelilingi area ini. Memasuki area dalam puri kamu akan melihat sebuah bangunan yang disebut Gedong Punggawa Soeria dan uniknya halaman utama mandala dari puri ini berada lebih atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Tiap mandala di puri ini dikelilingi oleh tembok pembatas dan dihubungkan dengan kori agung seperti pintu tinggi. Beberapa bangunan yang dapat kamu lihat di area dalam misalnya pendopo, ruangan untuk menjamu tamu, ruang tidur anggota keluarga kerajaan serta Bale Mas yang bertiang 8 dan Bale Singasari yang digunakan untuk melaksanakan Upacara Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya oleh keluarga Puri Buleleng.
Di puri ini juga mahasiswa PMM bisa menemukan peninggalan sejarah era Bali Kuno berupa manu skrip lontar yang keberadaannya masih terjaga dan kini sudah dilakukan invetarisasi, pembersihan dan di identifikasi judulnya misalnya Lontar Prasasti Buleleng, Paswaran Buleleng, Lontar Babad Pasek, Babad Blahbatuh, Mahabrata, Ramayana, Sutasoma, Usada dll. Untuk mahasiswa PMM 3 yang belum tau apa itu Lontar atau Manuskrip Lontar sebenarnya bisa dikatakan seperti medium untuk menulis kisah, naskah atau skrip, materi medis hingga gambar kisah pewayangan yang terbuat dari daun ental yang dikeringkan. Menulis diatas lontar pun tidak mudah dan tidak bisas embarangan karena harus menggunakan alat khusus yaitu sebuah pisau khusus bernama pengrupak. Karena keunikan manuskrip lontar ini maka kelestariannya harus dijaga sehingga Puri Buleleng pun turut andil dalam memelihara koleksi lontar yang ada di puri tersebut.